Jumat, 02 April 2010

TIPS-TIPS SUKSES

Berbicara tentang sukses, saya yakin setiap kita berkeinginan untuk menjadi orang yang sukses. Untuk sampai ketujuan tersebut tidaklah semudah membalikan telapak tangan, perlu adanya tangga-tangga yang harus kita jalani.

Seorang Tabi’in yang bernama Ato’ bin Abi Robah adalah salah satu contoh dari orang yang sukses. Sejarah mencatat, bahwa Ato’ bin Abi Robah punya banyak kekurangan/kejelekan fisik, tapi hal tersebut tidak menghalanginya untuk menjadi orang sukses. Tidak ada ulama yang tidak kenal siapa beliau.

Ketika ditanya, bagaimana Anda bisa sukses, pada hal Anda banyak memiliki kekurangan. Beliau menjawab: “Dalam hidup saya, saya membagi waktu saya menjadi tiga bagian 1- Sepertiga untuk Tuhan, 2- Sepertiga untuk tuan/majikan, dan 3- Sepertiga untuk menuntut ilmu.

Apa rahasia dibalik kesuksesannya selain menajemen waktu ini? Ada beberapa trik atau tangga-tangga yang beliau lalui:

1. An-Niyyatu al-Mukhlishah (Niat yang ikhlas)

Kenapa niat bisa menjadikan orang sukses? Karena niat merupakan motivator (pendorong) kuat dalam diri seseorang untk melakukan sesuatu.

Besar kecilnya pahala yang didapat seseorang tergantung dengan niatnya. Dalam satu hadits dijelaskan: Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh, Umar bin Al-Khathab radhiyallahu 'anhu, ia berkata : “Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya itu Karena kesenangan dunia atau karena seorang wanita yang akan dikawininya, maka hijrahnya itu kepada apa yang ditujunya”.(Muttafaqu ‘Alaihi).

Diawal perjalanan menuju sukses tersebut, segala aktifitas kita niatkan karena Allah Swt.. Tapi, ditengah perjalanan niat kita juga bisa lari dari tujuan semula. Oleh sebab itu, tidak ada kata terlambat bagi kita untuk selalu memperbaharui niat.

2. Al-Irodatu al-Qowiyyah (Kemauan yang kuat)

Dalam satu majlis seorang Ustadz pernah bertanya kepada jama’ah yang selalu diajarnya. Menurut bapak/ibu sekalian, pekerjaan atau cita-cita apa yang paling susah untuk dicapai? Berbagai jawaban mengalir dari lisan jama’ah yang hadir ketika itu. Ada yang mengatakan; jadi anggota DPR, Pilot, punya kebun yang luas, dan sebagainya. Sebenarnya, untuk meraih cita-cita diatas tidaklah sesulit memasuki Syurga. Kita tidak tahu apakah kita akan masuk syurga atau sebaliknya. Tapi, walaupun begitu kita tetap optimis akan dapat memasuki syurga Allah. Semuanya berangkat dari kemauan kita, ada kemauan disitu pula ada jalan.

Maka, mulai detik ini kita tanamkan cita-cita yang tinggi. Karena itu merupakan potret masa depan kita. Logikanya, kalau tidak punya cita-cita, berarti kita tidak punya masa depan yang cemerlang.

3. As-Shabru ‘ala al-Ibtilâ’ (Sabar terhadap ujian)

Perjalanan hidup tidaklah selamanya mulus. Ibarat kapal yang sedang berlayar sesekali akan diterjang badai juga. Begitu pula dengan menjalani hidup ini, tak terlepas dari ujian dan cobaan.

Orang yang bersabar akan dijadikan Allah pemimpin-pemimpin dunia yang memberikan petunjuk (solusi) terhadap permasalahan umat. Sebagaimana firman Allah Swt. Artinya: “Dan kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar…”. (QS. As-Sajadah:24).

Semua orang yang sukses didunia ini berangkat dari kesabarannya. Thomas Alfa Edison, seorang penemu listrik yang tidak beriman kepada Allah Swt. bisa berahasil setelah ribuan kali gagal. Tapi, karena kesabarannya menjalani proses, akhirnya dia berhasil.

4. Al-‘amalu al-Mutqin (kerja yang profesional)

Profesional merupakan elemen dasar terciptanya kemajuan dalam semua level kehidupan manusia. Tidak ada prestasi yang bisa dicapai oleh siapapun tanpa dimulai dengan proses bekerja yang itqân (rapi). Setiap kegagalan dan keterbelakangan biasanya selalu dimulai dari satu unsur saja: “kerja yang berantakan”, dan dia adalah lawan dari itqân.

Sebagai agama yang universal, Islam selalu mengajarkan umatnya untuk rapi dan profesional dalam menjalankan semua pekerjaan. Bahkan Islam menjadikan hakikat hidup dan mati sebagai sebuah proses untuk menguji siapa yang paling bagus pekerjaan (amal-amal)-nya.

Allah Swt. berfirman:

Artinya: “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan dia maha perkasa lagi maha Pengampun. (QS. Al-Mulk:2)

Dalam sebuah hadits, Rasulullah Saw. Juga mengingatkan:

Artinya: “Sesungguhnya Allah Swt. menyukai bila kalian melakukan melakukan sesuatu pekerjaan dengan rapi. (HR. Abu Ya’la, dan dishahihkan oleh Al Albani).

Tulisan singkat ini hanyalah sebahagian anak tangga yang bisa kita lalui untuk mencapai kesuksesan. Dan masih banyak lagi tangga-tangga lain yang bisa kita jalani. Semoga bermanfaat..!

0 komentar:

Posting Komentar

Labels